Madrasah Dalam Keluarga
Oleh : Syafaat, SH, MHI
Pendidikan pertama yang diterima oleh
seorang anak adalah dari Keluarganya, terutama dari seorang ibu sebagai Guru
pertamanya dimana sang Ibu ini bukan hanya mendidik anaknya ketika sudah lahir,
tetapi juga mendidiknya ketika masih berada dalam kandungan. Ada komunikasi
hangat antara calon bayi dengan Ibunya dan ayahnya. Karenanya tidak heran
ketika seorang ayah mengelus bayi melalui perut Ibunya, bayi dalam kandungan
tersebut seringkali bergerak gerak memberikan respon. Begitu juga dengan
kondisi kejiwaan anak yang juga dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan Ibunya ketika
mengandung. Ketika seorang suami marah terhadap istrinya yang sedang
mengandung, akan membawa tekanan pada kandungan istri, anak dalam kandungan
sering bergerak sebagai respon penolakan terhadap perilaku ayah tersebut.
Dalam tradisi Jawa, ketika seorang
perempuan sedang mengandung, ada istilah telon telon dan piton piton, dimana
dalam acara dalam rangka tiga bulan dan tujuh bulan kandungan tersebut diadakah
selamatan dengan membacakan beberapa surat dalam AlQur’an dan ritual lainnya,
begitu juga ketika bayi baru lahir, akan segera dibacakan adzan ditelinga bayi
yang baru lahir. Ini merupakan salah satu pemahaman dan kepercayaan bahwa bayi
yang ada dalam kandungan sudah dapat mendengar, dan bayi yang baru lahir juga
dapat diberikan pembelajaran.
Di beberapa wilayah di Indonesia ada
beberapa pamali atau pantangan baik oleh perempuan yang mengandung maupun Ayah
dari calon bayi tersebut, yang dianggap jika pantangan ini dilanggar, akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan bayi. Begitu juga pantangan terhadap bayi, yang jika tidak
dinalar dengan benar semua pamali atau pantangan tersebut hanya mitos belaka,
meskipun banyak pantangan tersebut yang benar, baik pantangan selama bayi dalam
kandungan, maupun pantangan yang tidak
boleh dilanggar bagi perawatan bayi yang baru lahir.
Dari seorang ibulah seorang anak untuk pertama
kalinya belajar makan/minum dan berbicara. Karenanya sering secara canda saya
sampaikan ketika memberi pembinaan bagi pasangan calon mempelai bahwa sikap
cerewet dari seorang perempuan merupakan salah satu anugerah berkaitan dengan
tugas seorang Ibu sebagai Guru Pertama bagi anak anaknya. Sebagaimana contoh
bahwa jika seorang ibu menggendong bayinya, maka ibu tersebut akan berbicara
seakan akan anaknya bisa diajak berbicara,meskipun anaknya tidaak dapat
menjawab kata kata dari Ibunya atau bayi tersebut terlihat tidur. dan pada hakekatnya anak tersebut dapat
merekam apa yang disampaikan oleh ibu tersebut. Hal ini berbeda dengan laki
laki yang cenderung diam ketika menggendong bayi.
Salah satu Meme Belajar dari Rumah adalah
bahwa Bu guru Yang di Rumah lebih galak dbanding Bu guru yang ada di Sekolah.
Saya beranggapan bahwa tidak sepenuhnya
meme tersebut salah, meskipun tidak sepenuhnya benar. Hal ini terkait
dengan kemampuan orang yang berbeda beda dalam pendidikan dan dalam tata cara
mendidik anak, terlebih bagi anak anak, mereka tidak secara langsung bertemu
denga teman sebayanya, dimana dengan bertemunya anak anak dengan rekan sebayanya
dan dengan emosi yang relatif sama tersebut akan memudahkan anak anak untuk
belajar dan berkomunikasi. Ketika anak anak mengerjakan Ujian di Sekolah,
mereka benar benar marasa mempunyai teman yang sama yang mengerjakan ujian
karena teman temannya ada dalam ruangan yang sama, berbeda ketika kegiatan
tersebut dilakukan secara online dirumah, dimana ada berbagai macam situasi yang
berbeda yang dihadapi siswa, dimana situasi tersebut berbeda antara siswa satu
dengan siswa lainnya.
Tidak semua sekolah dan guru siap dengan
pembelajaran online, terutama pada jenjang pendidikan dasar. Begitu juga dengan
orang tua dimana mereka juga merasa terbebani dengan tugas baru sebagai seorang
guru pada pelajaran yang tidak semua dikuasainya. Beberapa guru dan sekolah
menggunakan E-Learning dan Ujian secara Online bagi siswanya, namun banyak
diantaranya yang memberikan soal secara manual dengan cara mengirimkan soal
manual tersebut selalui media online dan siswa mengerjakan dalam secarik kertas
yang kasilnya di foto dan dikirimkan juga melalui media online.
Pembelajaran dari Rumah saat ini menjadi
satu satunya pilihan dalam menghadapi Pandemi Covid-19, meskipun banyak yang
tidak siap untuk melaksanakannya, baik guru maupun siswa serta orang tua.
Berbagai problem muncul dalam kegiatan pembelajara dari rumah tersebut, namun
hal ini merupakan salah satu upaya terbaik dalam rangka menjaga kesehatan anak
anak, serta memutus mata rantai penyebaran wabah Covid-19 tersebut.
Menciptakan suasana yang nyaman bagi anak
anak untuk belajar dirumah tidaklah mudah, terlebih bagi dunia anak anak dimana
dunia anak tidak terlepas dari duna berain dengan teman sebayanya. Kondisi
jenuh selama berhari hari dalam rumah dapat mengakibatkan anak kurang
berkembang dengan baik. Terlebih bagi orang tua yang kurang memahami bagaimana
menjadi “guru yang baik” bagi anak anaknya selama pembelajaran dirumah tersebut.
Pembelajaran bagi seorang anak bukan
hanya sesuai dengan kurikulum yang ada disekolah, karenanya momen siswa belajar
dirumah dapat dipakai untuk mempererat hubungan orang tua dan anak sebagaimana
pembiasaan yang telah dilakukan disekolah, sebagai salah satu contoh adalah
pembiasaan Sholat Dhuha dan Sholat berjamaan yang dilakukan disekolah, dimana
ketika dilakukan pembelajaran dirumah tersebut ada sekolah yang mewajibkan
siswanya untuk Sholat Dhuha, kemudian kewajiban orang tua untuk
mendokumentasikan dan mengirimkannya kepada guru. Begitu juga dengan kegiatan
Sholat Wajib. Kadangkala orang tua hanya mendokumentasikan ketika anak anak
tersebut melaksanakan Sholat, yang seharusnya akan lebih Afdhol jika orang tua
juga ikut serta melakukan Sholat Berjamaah dengan keluarganya pada momen Sholat
wajib, serta bersama melakukan Sholat Dhuha sebagaimana dilakukan anaknya.
Memberikan pemahaman tentang peran orang
tua terhadap keberhasilan anak anak dalam pendidikan perlu ditanamkan kepada
pasangan calon suami istri ketika akan melaksanakan akad nikah, terlebih dengan
perkembangan dunia modern dan dunia digital dimana banyak kedua orang tua yang
sama sama sibuk dalam pekerjaannya, yang mengakibatkan kurangnya kasih sayang
dan perhatian orang tua terhadap anak anaknya.
Menciptakan Madrasah dalam Keluarga dapat
dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan Ibadah Mahdhoh secara
bersama sama dalam keluarga tersebut, dimana kedua orang tua sebagai seorang
sosok guru atau panutan yang bukan hanya didengar ucapannya, namun akan diikuti
perbuatannya serta sebagai tokoh idola dan kebanggaan bagi anak anaknya.
Suasanya nyaman ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan
pendidikan pada anak, dimana tidak harus orang tua berpendidikan tinggi untuk
menciptakan anak yang cerdar dan berpendidikan tinggi.(Syaf)
Tags:
Artikel Pilihan