Remaja dan Generalized Anxiety Disorder
Oleh
: Maula Aisyah Haidaril Mujahidah Azzahra
Apa
yang terlintas di pikiran ketika mendengar kata Anxiety Disorder? terdengar
aneh? ataukah hal tabu untuk di bicarakan ? ataukah belum pernah sama sekali
mendengar atau mengetahui tentang Anxiety Disorder ? tulisan kali ini adalah
cerita tentang seseorang yang baru saja di diagnosa memiliki Anxiety Disorder,
lebih tepatnya Generalized Anxiety Disorder (GAD), psikolog yang menangani
memberikan diagnosa setelah 3 kali pertemuan konsultasi . Sebenarnya tidak ada
yang menyuruhnya untuk cerita hal ini, tetapi hanya ingin menyuarakan suara
orang orang yang sama-sama berjuang dengan Generalized Anxiety Disorder,
menyuarakan suara orang orang yang masih bungkam karena takut akan stigma
orang-orang di sekitar mereka, menyuarakan pendapat yang sebenarnya tentang
pentingnya kesehatan mental khususnya untuk remaja, menyuarakan suara yang
sebenarnya tentang isu kesehatan mental bahwa itu bukanlah hal yang remeh temeh
.
Yakin
bahkan para pembaca tulisan ini mungkin sedang mengalami hal yang sama , namun
merasa sendiri karena tidak ada satupun yang berani membuka dirinya untuk berbagi
tentang isu kesehatan mental, tulisan ini semoga bisa mewakili suara orang-orang,
khususnya remaja yang bungkam karena takut terhadap respon orang orang di
sekitarmu. Generalized Anxiety Disorder
(GAD) adalah salah satu gangguan mental yang di tandai dengan kecemasan .
Sebenarnya cemas adalah hal yang wajar yang dialami oleh setiap orang namun
seseorang dengan GAD mengalami kecemasan yang sangat tinggi diatas rata rata
orang normal, cemas dengan berbagai macam bentuk seperti takut, khawatir namun
dengan prosentase yang jauh lebih besar ketimbang orang orang pada umunya dan
seringkali disertai dengan panik attack (serangan panik).
Generalized
Anxiety Disorder bukanlah hal yang sederhana, GAD tidak sesederhana perasaan
'cemas' yang wajar dialami setiap orang, seseorang dengan GAD akan merasakan
kegelisahan yang intens atau terus menerus, iritabilitas atau kewaspadaan yang
tinggi, seringkali merasakan kesulitan untuk berkonsentrasi, merasa kelelahan
dan berkeringat, tremor atau gemetaran, insomnia (sulit tidur), jantung
berdetak sangat cepat , merasa mual dan membuat fluktuasi emosi menjadi tidak
stabil. Ada banyak hal yang menjadi faktor penyebab Generalized Anxiety
Disorder diantaranya karena aktivitas berlebihan pada area otak yang terlibat
dalam pengaturan emosi dan perilaku, ketidakseimbangan zat kimia otak seperti
serotonin dan noradrenatin, yang mana kedua zat kimia ini berfungsi sebagai
pengendali dan pengaturan mood, faktor genetika, produksi hormon kortisol yang
berlebihan dalam tubuh, trauma di masa lalu. Penyebab utama
Generalized
Anxiety Disorder sangat kompleks, dari kombinasi faktor genetika, ketidakstabilan
neotransmitter di dalam otak, dan periode stress yang dialami serta peristiwa
peristiwa penunjang seperti kehilangan orang yang dicintai. Cemas yang dialami
oleh seseorang yang memiliki GAD cenderung terjadi tanpa provokasi , tidak ada
hal yang menyebabkan cemas namun tetap merasa cemas, rasa cemas, khawatir dan
takut yang dialami bukan karna dibuat buat atau terjadi dengan sengaja. Itulah
yang membuat seseorang tersebut seringkali tidak terkontrol, seseorang dengan
GAD bisa sangat gelisah meskipun tidak berada di situasi yang berbahaya alias
aman dan baik baik saja. Orang orang sepertiku yang memiliki GAD sangat sulit
menghilangkan kekhawatiran dan kegelisahan, meskipun kita menyadari bahwa
sebagian besar kecemasan kita tidak beralasan. kecemasan yang dirasakan selalu
disertai dengan gejala fisik seperti gemetar, berkedut, ketegangan otot, sakit
kepala, berkeringat, merasa pusing dan titik terparahnya adalah kehabisan napas.
Itulah yang membedakan antara kecemasan biasa yang dialami orang pada umumnya
dengan kecemasan yang dialami orang dengan GAD.
Sebenarnya
narasumber sudah mengalami gejala gejala GAD sejak masih di taman kanak kanak,
namun baru di diagnosa ketika aku berusia 17 tahun, dia memberanikan diri untuk
konsultasi dengan orang tua dan memintanya untuk membawanya ke psikolog karna merasa
sudah sangat butuh bantuan tenaga professional untuk mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi dengannya dan agar bisa tetap bekerja secara produktif dan
kompatibel.
Awalnya
dia merasa takut dengan stigma bahwa hanya orang orang gila atau tidak waras
yang harus ditangani oleh psikolog namun narasumber kita ini berusaha melawan
stigma itu, konsultasi dengan psikolog seperti bercerita dan sharing secara
mendalam sampai menemukan akar masalahnya, kemudian mencari cara untuk bisa
menghadapi masalah tersebut. Setelah konsultasi dan di diagnose, dia merasa
lega sekaligus sedih , lega karena tahu apa yang terjadi dengannya dan tidak
perlu bertanya tanya lagi tentang apa yang sebenarnya terjadi, namun di sisi
lain dia sedih karna merasa bahwa memiliki Generalized
Anxiety Disorder adalah sebuah aib
yang harus di tutup tutupi. Sedikit demi sedikit dia belajar menerima kondisi
yang dialaminya dengan seutuhnya, ini tentu tidak mudah untuk belajar
menghadapi hari hari yang penuh tantangan, belajar menghadapi rasa takut dengan
berani dan bukan menghindarinya.
Belajar
bagaimana menciptakan motivasi internal agar tidak menyerah menghadapi GAD,
belajar untuk menghadapi stigma buruk atau komentar negatif tentang isu
kesehatan mental, belajar untuk tidak membanding bandingkan dengan orang lain
dan berusaha mengapresiasi diri sendiri, belajar untuk bekerja keras di tengah
kalutnya GAD, belajar untuk produktif dan kompatibel di tengah tengah gejala
GAD yang dirasakan, belajar banyak hal, dan ini hal yang tidak mudah. Meyakinkan diri bahwa memiliki GAD itu bukan
karna memiliki mental yang lemah, justru itu karna orang yang memiliki GAD
memiliki mental yang kuat sehingga tuhan memilihnya untuk di uji dengan
tersebut.
Hari
hari yang dilalui pendserita GAD tidak mudahm ada fase fase dimana orang
tersebut sangat sedih, fluktuasi emosinya sangat tidak stabil, membuatnya hanya
ingin tidur dengan waktu yang sangat lama dan bisa bangkit dari tempat tidur
adalah hal yang menjadi pencapaian tersendiri. Perlu kesadaran untuk tidak akan
membiarkan Generalized Anxiety Disorder yang dialami terus mendefinisikannya, agar
orang lain tidak akan menilai diri penderitanya melalui GAD yang dia alami. Penderita GAD tidak akan menyerah. Memiliki
GAD bukanlah hal yang seharusnya membuat seseorang malu, tetapi justru membuat
orang tersebut kuat dan memiliki cerita yang bisa dibagikan. GAD tidak menjadi
alasan untuk menyerah mencapai impian seorang remaja, GAD tidak mendefinisikan seseorang
menjadi insan yang lemah dan putus asa.
Untukmu yang sedang berjuang dengan mental disorder (gangguan mental ) dan yang
sedang membaca tulisan ini, jangan pernah menyerah, ini memang sulit tetapi bukan
berarti tidak bisa di hadapi. Jangan memberi label buruk terhadap dirimu hanya
karna kamu memiliki mental disorder. Jangan biarkan mental disorder mu
memberimu definisi sebagai seorang individu. Kualitas, kemampuan, bakat dan
passion dalam dirimu tidak di tentukan oleh mental disorder yang kamu miliki.
*Penulis
adalah Siswa Kelas 10 IPS MAN 3 Banyuwangi di Srono