Hadis ini
memberikan gambaran ekspresi Rasulullah SAW dalam menyambut kehadiran bulan
suci Ramadan. Kalimat “Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang
diberkahi” dapat dipahami bahwa Ramadan menghampiri ruang keimanan atau
spiritualitas manusia sehingga terdapat manusia yang memiliki ruang keimanan
yang luas sehingga gembira menyambut kehadiran Ramadan dan adapula yang ruang
keimanannya sempit sehingga Ramadan disetarakan dengan bulan-bulan lainnya
tanpa adanya respon kegembiraan. Makna ini dipahami dari kata “atakum“ yang menunjukkan bukan fisik manusia
yang didatangi Ramadan tetapi keimanannya. Oleh karena itu, Allah SWT memanggil
ruang keimanan manusia ketika mewajibkan ibadah puasa sebagaimana dalam surah
Al-Baqarah: 183, yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.”
Dalam Majalah Al Azhar bulan Ramadan
tahun 1421, Syeikh Hasan Al Bashri RA menjelaskan bahwasanya Allah SWT
menciptakan bulan Ramadan sebagai arena perlombaan bagi makhluk-Nya, dimana
mereka berlomba-lomba dalam meraih ridha-Nya. Sebagian manusia mampu mencapai
garis finish, namun sebagian lain tertinggal dibelakang tanpa mampu melanjutkan
perlombaan. Menurut beliau, faktor dominan kekalahan dalam arena Ramadan adalah
sempitnya ruang keimanan sehingga tidak mampu memotivasi untuk melakukan
berbagai ibadah sebagaimana sebagian lain amat mudah melakukannya. Sehingga
orang tersebut berada dalam arena namun hanya mendapatkan keletihan fisik
belaka.
Keberkahan
Ramadan
Kegembiraan dalam menyambut bulan
Ramadan tidak terlepas dari berbagai bentuk keberkahan yang dijanjikan baik
materil maupun spiritual. Kalimat “bulan yang diberkahi” telah cukup menjadi
alasan mengapa kita harus gembira dengan Ramadan, karena tidak ada yang paling
bernilai di alam dunia ini selain keberkahan. Keberkahan itu sendiri bermakna
tumbuh atau bertambah kebaikan, dimana segala yang dimiliki diarahkan dalam
konteks ketaatan kepada Allah SWT. Tingkat keberkahan di bulan Ramadan tidak
ada bandingannya dengan keberkahan-keberkahan yang Allah tawarkan kepada
makhluk-Nya di bulan-bulan selain Ramadan.
Dalam Hadis ini, Rasulullah SAW
menjelaskan beberapa bentuk keberkahan spiritual di bulan Ramadan antara lain:
pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu,
dan terdapat satu malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan yaitu lailatul
qadr. Makna “pintu-pintu surga dibuka” adalah mudahnya seorang muslim
menjalankan berbagai kebaikan secara istiqamah sehingga menutup akses
keburukan, dan syetan tidak berdaya mengalihkannya kepada kesesatan.
Beruntunglah saudaraku, jika anda tidak terhalang dari keberkahan. Beruntunglah
saudaraku, jika anda tergolong orang yang dimudahkan Allah SWT dalam
menjalankan kebaikan.
Dengan alasan keberkahan inilah,
Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Bagaimana tidak gembira? seorang mukmin diberi
kabar gembira dengan terbukanya pintu-pintu surga, tertutupnya pintu-pintu
neraka. Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira, jika diberi
kabar tentang sebuah waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu. Dari sisi
manakah ada suatu waktu menyamai waktu ini (Ramadan).
Ramadan
di Tengah Pandemi Covid 19
Di akhir Hadis tersebut diakhiri
dengan kalimat “Barangsiapa dihalangi (mendapatkan) kebaikannya, maka sungguh
ia terhalangi”. Sebuah kalimat peringatan bagi orang yang melalaikan kehadiran
bulan Ramadan dengan tidak melaksanakan perintah berpuasa dan kewajiban lainnya
sehingga dijauhkan dari keberkahan Ramadan.
Ramadan di tengah pandemi Covid 19
ini tentunya muncul tantangan baru dalam menjalankan ibadah. Munculnya rasa
takut terjangkit Covid 19 menjadi tantangan tersendiri dalam menjalankan ibadah
puasa Ramadan tahun ini. Perasaan ini membatasi ruang gerak kita dalam
menjalankan ibadah, dari ibadah di masjid menjadi di rumah, silaturrahim secara
fisik menjadi via online, dan lain sebagainya. Namun harapan baru akan muncul,
dimana kita semua menjadikan rumah sebagai sentral aktivitas beribadah bersama
anggota inti keluarga.
Agar kualias ibadah Ramadan tahun
ini tetap terjaga, maka lakukanlah konsep 2S yaitu SABAR dan SHALAT sesuai
firman Allah SWT surah Al Baqarah ayat 153, yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Sabar dalam konteks pandemi Covid 19
antara lain: beribadah, bekerja, dan belajar di rumah, rajin mencuci tangan,
tidak keluar rumah kecuali terdapat urusan pentin dan keluar dengan menggunakan
masker. Sedangkan shalat dalam konteks pandemi Covid 19 antara lain: Shalat
berjamaah bersama anggota inti keluarga di rumah, berbuka puasa bersama
keluarga, tilawah Al Qur’an di rumah, memperbanyak zikir dan bershadaqah.
Demikian
semoga bermanfaat.
(Kepala Seksi Pengembangan Metode dan Materi Dakwah Dit. Penerangan Agama Islam)
Tags:
Stay At Home