Dari Aisyah ia berkata, “Aku bertanya, ‘Ya Rasulullah jika aku mengetahui bahwa malam itu adalah lailatul qadar, apa yang harus aku ucapkan di malam itu?”. Rasulullah bersabda, “Ucapkanlah: Allaahumma innaka ‘afuwwun karîm tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annî (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku)”. (HR. Tirmidzi, dan Nasa’i).
Penjelasan Hadis
Hadis ini memberikan tuntunan doa yang diamalkan pada malam lailatul qadar. Doa ini menjadi salah satu amalan penting yang dipanjatkan saat menggapai malam kemuliaan tersebut. Meskipun seseorang tidak mengetahui malam apa yang ditetapkan sebagai malam kemuliaan.
Lailatul qadar merupakan momentum yang paling ditunggu selama bulan suci Ramadhan. Ketika moment ini datang, maka dianjurkan memperbanyak membaca doa ini agar menjadi lebih berkah. Doa tersebut adalah:
Allaahumma innaka ‘afuwwun karîm tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annî
(Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha mulia, Engkau mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku)
Lalu mengapa Rasulullah SAW mengkhususkan do’a ini saat lailatul qadar? Apa rahasia yang tersimpan dalam doa ini? Dan mengapa kata “al-‘afwu” yang digunakan dalam doa ini?. Secara substansi, bahwa inti permintaan dalam doa tersebut adalah permohonan maaf yang diungkapkan dengan 3 bentuk kata yaitu ‘afuwwun, al-‘afwa, dan fa’fu. Lalu ada rahasia kata tersebut?
Kalimat “Engkau Maha Pemaaf”menunjukkan arti Allah Maha menghapus segala dosa hamba-hamba-Nya dan menjauhkan mereka dari siksa akhirat. Arti dasar kata “al-afuww” adalah menghapus sesuatu tanpa bekas. Berarti Allah Maha pengampun dengan menghapus dosa-dosa hamba-Nya tanpa ada bekas sedikitpun. Dalam Al-Qur’an kata “afuwwu”dicantumkan bersanding dengan nama Allah lainnya seperti ‘afuwwan ghafûrâ(Maha pemaaf, Maha pengampun), ‘afuwwu syakûr (Maha pemaaf, Maha mensyukuri), dan ‘afuwwan qadîrâ(Maha pemaaf, Maha berkuasa).
Kalimat “Engkau mencintai pemaafan” maksudnya Allah senang menampilkan sifat pemaaf-Nya dalam mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. Dalam hadis ini, kata “al-afwa” sering diartikan pemaafan sesuai dengan tujuan memanjatkan doa ini yaitu kebersihan jiwa dari dosa dan kesalahan agar dapat meraih lailatul qadar.
Secara bahasa, “al-afwa” mengandung arti kelebihan, berlimpah, dan bertambah. Seperti kata “al-’afwa” dalam surah Al-Baqarah ayat 219 diartikan kelebihan dari kebutuhan pokok, yaitu:
"Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang diperlukan).” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan” (Qs. Al-Baqarah: 219).
Kalimat “maka maafkanlah aku”menjadi inti permohonan di malam kemuliaan. Tiada yang berharga bagi seorang hamba dihadapan Allah SWT selain mendapatkan maaf atau ampunan dari-Nya. Karena ampunan merupakan pangkal segala sesuatu, darinya seseorang mudah melakukan kebajikan, darinya seseorang mudah meraih rahmat, dan darinya seseorang mudah meniti jalan kedamaian dunia dan akhirat.
Dalam kitab Minhaju al-Qashidin yang ditulis oleh Imam Ibnu Al-Jauzi (759 H) menjelaskan makna “al-afwu” dalam doa ini. Menurut beliau, makna “al-afwu” dalam doa ini meliputi 3 aspek yaitu badan, agama, dan ampunan Allah.
1. ‘Afwun fi al-Abdân(‘afwu pada badan) yaitu berupa perlindungan dan kesembuhan badan dari segala penyakit, atau sering diistilahkan dengan sehat wal ‘afiyat. Demikian pula kesehatan pada aspek lain seperti sehat keuangan, sehat kendaraan, dan lainnya yang diartikan bertambah keberkahannya.
2. ‘Afwun fi al-Adyân(‘afwu pada agama), yaitu berupa kemudahan dalam melakukan kebajikan, ibadah dan segala amalan akhirat. Dalam konteks lailatul qadar, kemudahan yang dimaksudkan adalah kemudahan dalam meraih lailatul qadar dengan menjalankan serangkaian ibadah.
3. ‘Afwun mina al-dayyân(ampunan dari Allah), yaitu dimaafkan, diampuni, dan digugurkan segala dosa oleh Allah SWT sehingga dijauhkan dari siksa akhirat. Jika Allah telah memaafkan kita, maka betapa beruntungnya kita, betapa suksesnya kita, dan betapa bahagianya kita. Ibnul Qayyim mengatakan jika Allah memberikan ampunan kepada kita, maka segala kebutuhan kita akan datang tanpa kita minta.
Untuk itu, marilah kita hidupkan malam-malam penghujung bulan Ramadhan ini dengan terus beribadah dan bermunajat kepada Allah SWT serta memperbanyak berdoa dengan doa ini. Semoga Allah SWT memudahkan kita semua dalam meraih lailatul qadar. Aamiin
Subhan Nur, Lc, M.Ag
(Kepala Seksi Pengembangan Metode dan Materi Dakwah Dit. Penerangan Agama Islam)
Sumber : Bimas Islam Kemenag RI
Penjelasan Hadis
Hadis ini memberikan tuntunan doa yang diamalkan pada malam lailatul qadar. Doa ini menjadi salah satu amalan penting yang dipanjatkan saat menggapai malam kemuliaan tersebut. Meskipun seseorang tidak mengetahui malam apa yang ditetapkan sebagai malam kemuliaan.
Lailatul qadar merupakan momentum yang paling ditunggu selama bulan suci Ramadhan. Ketika moment ini datang, maka dianjurkan memperbanyak membaca doa ini agar menjadi lebih berkah. Doa tersebut adalah:
Allaahumma innaka ‘afuwwun karîm tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annî
(Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha mulia, Engkau mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku)
Lalu mengapa Rasulullah SAW mengkhususkan do’a ini saat lailatul qadar? Apa rahasia yang tersimpan dalam doa ini? Dan mengapa kata “al-‘afwu” yang digunakan dalam doa ini?. Secara substansi, bahwa inti permintaan dalam doa tersebut adalah permohonan maaf yang diungkapkan dengan 3 bentuk kata yaitu ‘afuwwun, al-‘afwa, dan fa’fu. Lalu ada rahasia kata tersebut?
Kalimat “Engkau Maha Pemaaf”menunjukkan arti Allah Maha menghapus segala dosa hamba-hamba-Nya dan menjauhkan mereka dari siksa akhirat. Arti dasar kata “al-afuww” adalah menghapus sesuatu tanpa bekas. Berarti Allah Maha pengampun dengan menghapus dosa-dosa hamba-Nya tanpa ada bekas sedikitpun. Dalam Al-Qur’an kata “afuwwu”dicantumkan bersanding dengan nama Allah lainnya seperti ‘afuwwan ghafûrâ(Maha pemaaf, Maha pengampun), ‘afuwwu syakûr (Maha pemaaf, Maha mensyukuri), dan ‘afuwwan qadîrâ(Maha pemaaf, Maha berkuasa).
Kalimat “Engkau mencintai pemaafan” maksudnya Allah senang menampilkan sifat pemaaf-Nya dalam mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. Dalam hadis ini, kata “al-afwa” sering diartikan pemaafan sesuai dengan tujuan memanjatkan doa ini yaitu kebersihan jiwa dari dosa dan kesalahan agar dapat meraih lailatul qadar.
Secara bahasa, “al-afwa” mengandung arti kelebihan, berlimpah, dan bertambah. Seperti kata “al-’afwa” dalam surah Al-Baqarah ayat 219 diartikan kelebihan dari kebutuhan pokok, yaitu:
"Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang diperlukan).” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan” (Qs. Al-Baqarah: 219).
Kalimat “maka maafkanlah aku”menjadi inti permohonan di malam kemuliaan. Tiada yang berharga bagi seorang hamba dihadapan Allah SWT selain mendapatkan maaf atau ampunan dari-Nya. Karena ampunan merupakan pangkal segala sesuatu, darinya seseorang mudah melakukan kebajikan, darinya seseorang mudah meraih rahmat, dan darinya seseorang mudah meniti jalan kedamaian dunia dan akhirat.
Dalam kitab Minhaju al-Qashidin yang ditulis oleh Imam Ibnu Al-Jauzi (759 H) menjelaskan makna “al-afwu” dalam doa ini. Menurut beliau, makna “al-afwu” dalam doa ini meliputi 3 aspek yaitu badan, agama, dan ampunan Allah.
1. ‘Afwun fi al-Abdân(‘afwu pada badan) yaitu berupa perlindungan dan kesembuhan badan dari segala penyakit, atau sering diistilahkan dengan sehat wal ‘afiyat. Demikian pula kesehatan pada aspek lain seperti sehat keuangan, sehat kendaraan, dan lainnya yang diartikan bertambah keberkahannya.
2. ‘Afwun fi al-Adyân(‘afwu pada agama), yaitu berupa kemudahan dalam melakukan kebajikan, ibadah dan segala amalan akhirat. Dalam konteks lailatul qadar, kemudahan yang dimaksudkan adalah kemudahan dalam meraih lailatul qadar dengan menjalankan serangkaian ibadah.
3. ‘Afwun mina al-dayyân(ampunan dari Allah), yaitu dimaafkan, diampuni, dan digugurkan segala dosa oleh Allah SWT sehingga dijauhkan dari siksa akhirat. Jika Allah telah memaafkan kita, maka betapa beruntungnya kita, betapa suksesnya kita, dan betapa bahagianya kita. Ibnul Qayyim mengatakan jika Allah memberikan ampunan kepada kita, maka segala kebutuhan kita akan datang tanpa kita minta.
Untuk itu, marilah kita hidupkan malam-malam penghujung bulan Ramadhan ini dengan terus beribadah dan bermunajat kepada Allah SWT serta memperbanyak berdoa dengan doa ini. Semoga Allah SWT memudahkan kita semua dalam meraih lailatul qadar. Aamiin
Subhan Nur, Lc, M.Ag
(Kepala Seksi Pengembangan Metode dan Materi Dakwah Dit. Penerangan Agama Islam)
Sumber : Bimas Islam Kemenag RI
Tags:
Stay At Home