Bekal Catin Zaman Now: Tunda Nikah Muda, Rancang Masa Depan, dan Wujudkan Keluarga Penuh Cinta

 

Banyuwangi (KUA Cluring), Rabu, 18 Juni 2025 — Suasana hangat dan penuh antusiasme mewarnai kegiatan Bimbingan Perkawinan (Bimwin) bagi 13 pasang calon pengantin (catin) yang digelar di Balai Nikah KUA Cluring mulai pukul 08.30 WIB. Menariknya, kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid, memadukan kehadiran langsung di KUA dan partisipasi melalui Zoom Meeting, menjangkau lebih banyak peserta dengan cara yang fleksibel.

Bimwin kali ini menghadirkan tiga narasumber dari Penyuluh Agama Islam yang menyampaikan materi dengan pendekatan humanis dan aplikatif. Materi pertama disampaikan oleh Haris Shofiudin, yang membuka sesi dengan pembahasan pentingnya menghindari perkawinan usia anak. Ia menekankan bahwa menikah terlalu muda dapat berdampak pada ketidaksiapan emosional, ekonomi, hingga pengasuhan anak, yang akhirnya jauh dari cita-cita membangun keluarga sakinah.

Lebih dalam, Haris menjabarkan lima pilar keluarga sakinah:

  1. Zawaj (berpasangan) – Pernikahan adalah ikatan dua insan yang saling melengkapi, bukan saling menguasai.

  2. Mîtsâqan Ghalîzhan (janji kokoh) – Pernikahan bukan hanya perjanjian di hadapan manusia, tapi juga di hadapan Allah SWT.

  3. Mu’asyarah bil ma’ruf (berbuat baik) – Pasangan dianjurkan saling memperlakukan dengan kebaikan, termasuk dalam hal sederhana seperti mendengarkan dan menghargai.

  4. Musyawarah (komunikasi terbuka) – Keputusan penting dalam rumah tangga perlu didiskusikan bersama, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

  5. Tarâdhin (saling ridha) – Menerima kelebihan dan kekurangan pasangan dengan hati lapang.

Sesi kedua tak kalah menarik, dipandu oleh Lailia Mufida yang mengajak catin berdiskusi interaktif mengenai perencanaan kehidupan setelah menikah. Peserta diajak merenung, “Sudah siapkah memiliki anak? Bagaimana jika salah satu pasangan sedang marah?” Lailia menekankan pentingnya kesiapan fisik, mental, dan finansial dalam merencanakan keturunan. Terkait konflik, ia menegaskan bahwa dalam pernikahan, bukan siapa yang menang, tapi bagaimana bisa saling memahami. “Saat pasangan marah, jangan ikut emosi. Ambil jeda, lalu bicara dari hati ke hati,” katanya.


Menjelang akhir, Ahmad Jauhari Fadli memberikan penutup yang menyejukkan hati. Ia mengingatkan bahwa setiap pasangan tentu mendambakan keluarga yang sakinah (tentram), mawaddah (penuh cinta), dan rahmah (diliputi kasih sayang). Sakinah muncul dari ketenangan hati, mawaddah tumbuh dari rasa cinta yang terus dipupuk, dan rahmah terwujud saat pasangan saling menyayangi bahkan di tengah kekurangan. Ia juga menekankan pentingnya keberkahan, yakni ketika kehidupan rumah tangga tidak hanya membahagiakan secara lahiriah, tapi juga mendekatkan kepada ridha Allah SWT.

Sepanjang kegiatan, suasana balai nikah terasa akrab dan hangat. Para catin tampak serius namun santai, saling bertukar cerita dan tawa. Meski sebagian mengikuti secara daring, interaksi tetap cair dan penuh semangat. Salah satu peserta bahkan mengungkapkan harapan agar bimwin seperti ini terus dilaksanakan, karena sangat membantu membuka wawasan dan mempersiapkan mental menghadapi kehidupan rumah tangga.

Dengan semangat edukatif dan penuh kehangatan, Bimwin di KUA Cluring ini menjadi langkah awal yang berarti bagi para catin untuk melangkah bersama membangun rumah tangga yang berkualitas dan penuh keberkahan. (Hr.S)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama