Penyuluh Agama Islam P3K Banyuwangi Angkatan 2023 Kumpul Santai di Gerbang Raung, Sambil Berbagi Ilmu Bimbingan Remaja Usia Sekolah

Sempu, (KUA Genteng) Tanpa spanduk, tanpa panggung resmi, apalagi sambutan pejabat. Namun suasana akrab dan kebersamaan begitu terasa di bawah rindang pepohonan kawasan wisata Gerbang Raung, Kecamatan Sempu, Banyuwangi. Di sinilah, para Penyuluh Agama Islam Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) Kabupaten Banyuwangi angkatan 2023 kembali menggelar pertemuan rutin bulanan mereka, Sabtu pagi (02/08/2025) 


Acara ini memang bukan agenda resmi instansi mana pun. Tidak ada struktur acara yang kaku. Mereka datang atas kesadaran dan kebersamaan. Bahkan sebagian membawa serta keluarga, lengkap dengan tikar dan bekal makanan dari rumah. Semuanya serba swadaya. Serba ringan. Tapi justru dari sanalah, ruh kebersamaan itu tumbuh dan terawat.

“Kami merasa punya nasib dan proses yang sama,” ungkap salah satu peserta. Dari penyuluh non-PNS yang bertahun-tahun mengabdi, hingga akhirnya mengikuti seleksi dan diangkat sebagai Penyuluh Agama Islam P3K. Proses panjang itu telah menautkan ikatan emosional yang kuat di antara mereka. Maka, setiap bulan, mereka menyempatkan untuk bertemu, sekadar ngobrol santai, curhat lapangan, hingga berbagi praktik baik di wilayah kerja masing-masing. Meski informal, kegiatan ini menjadi ruang penting untuk saling belajar dan menguatkan kapasitas diri.


Hari ini, suasana pertemuan terasa sedikit berbeda. Salah satu rekan mereka, Badruddin Kamal — yang akrab dipanggil Gus Badar — baru saja kembali dari Jakarta setelah mengikuti kegiatan Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS). Tanpa perlu susah payah mengundang peserta dan menyiapkan ruangan resmi, Gus Badar memilih momentum ini untuk menyampaikan pengalaman dan materi yang ia dapatkan selama kegiatan di ibu kota.

“Saya pikir, ini momen paling tepat. Teman-teman sudah kumpul, tidak ribet, tinggal sampaikan saja,” ujar Gus Badar sambil tersenyum.

Dalam pemaparannya yang singkat namun padat, Gus Badar menekankan pentingnya pendekatan yang ramah dan relevan dalam menyampaikan materi ke remaja usia sekolah. Ia juga membagikan beberapa metode kreatif yang digunakan selama pelatihan, termasuk penggunaan media visual dan pendekatan dialogis yang terbukti lebih efektif dalam menjangkau kalangan pelajar.


Tujuannya jelas: agar para penyuluh P3K di Banyuwangi memiliki bekal tambahan dalam melaksanakan program Bimbingan Remaja Usia Sekolah di wilayah binaan mereka.

“Program BUS ini kan bagian dari prioritas Kementerian Agama, dan kita semua di garda terdepannya,” imbuh Gus Badar. Para peserta menyimak dengan antusias. Beberapa bahkan mencatat poin-poin penting dan langsung berdiskusi ringan setelah sesi sharing selesai.

Pertemuan pun ditutup dengan makan bersama ala potluck. Tidak ada katering. Hanya nasi bungkus, gorengan, dan tawa yang bersahaja. Namun dari kebersahajaan itulah, semangat profesionalisme dan kekeluargaan tumbuh subur.

“Karena dari kami, untuk kami,” ujar Nur Shofia Azka, salah satu peserta, merangkum semangat hari itu.

Dan begitulah, di kaki Gunung Raung, para penyuluh agama P3K Banyuwangi membuktikan bahwa peningkatan kapasitas tidak selalu harus datang dari seminar resmi atau ruang ber-AC. Terkadang, justru dari alas tikar dan kopi hangat, ilmu bisa mengalir lebih tulus dan membekas.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama