Hadis Harian 11: Empati di Tengah Pandemi


Dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW bersabda, “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah mereka yang paling memberikan manfaat bagi orang lain. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kebahagiaan yang engkau berikan kepada muslim yang lain, melepaskan kesusahannya, membayarkan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku untuk sebuah keperluan(nya) lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini—maksudnya masjid Nabawi—selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani)
Penjelasan Hadis
            Hadis ini menjelaskan tentang anjuran bersikap empati terhadap kesulitan dan penderitaan orang lain. Rasulullah SAW memberikan predikat manusia terbaik bagi orang yang keberadaannya bermanfaat bagi orang lain, salah satunya adalah bersikap empati dengan melakukan aksi nyata melepaskan manusia dari belenggu kesulitan dan penderitaan.
 
            Kalimat “mereka yang paling memberikan manfaat bagi orang lain” tidak terbatas dalam bentuk materil saja, tetapi meliputi seluruh potensi yang bermanfaat bagi orang lain seperti ilmu, harta, jabatan, pemikiran, nasehat, tenaga, dan lainnya. Dengan demikian, tiap-tiap individu dapat memposisikan dirinya sebagai manusia terbaik dengan memberikan manfaat kepada orang lain sesuai dengan potensinya.
            Adapun kalimat “kebahagiaan yang engkau berikan kepada muslim yang lain dan seterusnya” merupakan aktualisasi sikap empati yang diwujudkan dengan memberikan rasa kebahagiaan (happiness) dan menghilangkan kesulitan orang lain. Dalam hadis ini, prilaku empati diillustrasikan dalam bentuk memenuhi kebutuhan pokok (sandang, pendidikan,dan lainnya), melunasi hutang konsumtif, dan melepaskan rasa lapar dengan memenuhi kebutuhan pangan.
            Badai besar virus Corona yang kian merebak di seluruh penjuru Indonesia hendaklah memicu kita untuk menyalakan rasa empati terhadap penderitaan para korban yang terinfeksi Covid-19. Di tengah pandemi Covid-19 ini, berbagai elemen masyarakat mulai dari para pengusaha, musisi, komunitas profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Yayasan sosial mulai menunjukkan empatinya dengan menggalang dana guna membantu kebutuhan pokok kaum faqir miskin, pekerja harian, membantu penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para tenaga medis, memberikan masker secara gratis, menggalang penyemprotan disinfektan ke rumah maupun sarana ibadah, dan lain sebagainya. Keadaan ini menunjukkan kesadaran tinggi dan kepekaan rasa terhadap kesulitan yang dirasakan orang lain. Obyek prilaku empati bersifat universal tanpa memperhatikan perbedaan suku, status sosial, maupun agama. Akan tetapi sikap empati dilandasi seluruh prinsip hubungan antar manusia yaitu ukhuwah Islamiyah, ukhuwah basyariah (persaudaraan sesama manusia), dan ukhuwah wathan (persamaan sesama warga bangsa). 
            Sebagai sesama manusia, kita diperintahkan untuk menajamkan sikap saling mengasihi, saling berbagi, dan peduli pada kesulitan orang lain. Seseorang yang memiliki empati terhadap orang lain tidak hanya mementingkan dirinya sendiri, tetapi berupaya menunjukkan kepeduliannya terhadap orang lain, khususnya yang sedang ditimpa kemalangan atau kesedihan yang ditunjukkan dengan penyesuaian diri terhadap kondisi yang dialami orang lain, sekaligus menunjukkan perhatian dan memberi bantuan.
            Sikap empati juga diwujudkan dalam bentuk menerima jenazah korban Covid-19 dan orang yang sudah dinyatakan sembuh. Beberapa insiden penolakan warga terhadap jenazah Covid-19 untuk dimakamkan menunjukkan sikap yang jauh dari karakter keaslian manusia sebagai makhluk sosial. Bukankah jenazah sudah dikafani dengan lapisan kain dan pembungkus lainnya sesuai standar Kementerian Kesehatan dalam pemulasaran jenazah sehingga aman bagi masyarakat. Bukankah Rasulullah SAW berdiri memberikan penghormatan ketika melihat iringan jenazah dari kalangan muslim, dan beliau juga berdiri memberikan penghormatan ketika melihat iringan jenazah kalangan non muslim lewat dihadapannya.
            Kalimat “aku berjalan bersama saudaraku untuk sebuah keperluan(nya) lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini” menunjukkan besarnya keutamaan bagi orang yang berupaya memenuhi kebutuhan pokok saudaranya dan melepaskan berbagai kesulitannya, sehingga ganjarannya diillustrasikan melebihi i’tikaf selama 1 bulan penuh di masjid Nabawi di Madinah.
            Oleh karena itu, marilah kita mulai dari diri sendiri, mulai saat ini, dan mulailah dari hal  terkecil untuk membantu meringankan beban hidup orang-orang yang terkena dampak langsung pandemi Covid-19. Bukankah Allah SWT akan selalu menolong hamba-hamba-Nya selama mereka terus membantu mengeluarkan saudaranya dari berbagai kesulitan.  Seyogyanya kita mengambil hikmah dari Covid-19 untuk menyalakan empati dengan melihat segalanya dengan hati. Seseorang yang hatinya peduli akan tergugah dengan kesulitan yang dirasakan oleh orang lain, cepat tanggap untuk menolong orang lain dan tidak menghambat orang lain hanya karena ingin kepentingannya didahulukan.
Sekian, semoga bermanfaat

H. Subhan Nur, Lc, M.A

(Kepala Seksi Pengembangan Metode dan Materi Dakwah Dit. Penerangan Agama Islam)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama