Hadis Harian 15: The Power Of Tilawah, Mencegah Kepikunan

Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: “Barangsiapayang membaca Al-Qur’an, niscaya ia tidak akan dikembalikan kepada kepikunan. Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala, (Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh), ia berkata: (yaitu) kecuali orang-orang yang senantiasa membaca Al-Qur’an.”(Al-Albani berkata: sanad hadisinishahih, atau hasan, atau mendekati keduanya)

Penjelasan Hadis
Haditsini menjelaskan salah satu keutamaan orang-orang yang gemar membaca Al-Qur’an yaitu dijauhkan dari penyakit pikun. Arti asal kata “ardzali al-‘umri” adalah usia yang paling buruk. Istilah ini seringkali diterjemahkan penyakit pikun sebagai gambaran sebuah kondisi manusia yang tidak mampu mengendalikan prilaku lantaran melemahnya fungsi otak dan organ tubuh. Tutur katanyamenjadi tidak teratur, kekuatan ingatanmelemah, membuang kotoran disembarang tempat, dan fungsi panca indera melemah. Rasulullah SAW sendiri memohon perlindungan kepada Allah SWT dari penyakit pikun sebagaimana dalam sabdanya dari Anas bin Malik RA:

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, pikun, bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur dan fitnah hidup dan mati.” (HR. Muslim)

Kalimat “niscaya ia tidak akan dikembalikan kepada kepikunan” menunjukkan sebuah fase akhir siklus pertumbuhan manusia yang diawali dari fase lemah (balita dan anak-anak), lalu berlanjut ke fase kuat (remaja dan dewasa), dan kemudian dikembalikan kepada fase terlemah yaitu lansia, atau terburuk yaitu kepikunan.

Dalam Al-Qur’an, penyakit pikun digambarkan sebagai kondisi manusia yang tidak mampu mengingat sesuatu apapun yang pernah diketahui, termasuk melupakan semua pengetahuan yang pernah dipelajari. Syeikh Wahbah az-Zuhaili menjelaskan bahwa kepikunan adalah kerusakan pada akal. Di mana sel-sel pada otak di usia lansia tidak bekerja secara aktif, karena sebagian besar sel telah mati. Fakta ini diungkapan dalam Al-Qur’an,

Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Qs. An-Nahl: 70)

Kondisi Manusia Setelah 30 tahun
Menurut para ahli kedokteran, ketika manusia berusia di atas 30 tahun, maka sel-sel otak akan mati setiap tahun sebanyak 1%. Sehingga seiring pertambahan usia, semakin banyak sel-sel otak yang mati, jika tidak diberikan nutrisi aktif otak,niscaya manusia akan kembali ke titik nadir yaitu kepikunan. Para ilmuwan memastikan dapat memprogram ulang sel-sel ini atau rebalancing melalui suara yang mampu menggetarkan sel-sel yang rusak dan mengembalikan keseimbangan padanya. Para ilmuwan Barat melirik pada musik, suara alam, dan frekuensi yang tetap sebagai bentuk terapi getaran suara.

Menurut Dr. Mohammad Daudah,suara memberikan pengaruh kuat dalam merestorasi keseimbangan tubuh. Para ilmuwan menemukan bahwa sel-sel tubuh itu terpengaruh oleh bermacam-macam gelombang seperti gelombang sinar, gelombang radio, gelombang suara, dan lain-lain. Masing-masing sel di tubuh bergetar dengan sistem yang seksama, dan perubahan sekecil apapun pada getaran itu akan mengakibatkan sakit pada sebagian organ tubuh.

Indra pendengaran manusia memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi dalam merespon getaran-getaran mekanik yang berasal dari suara, karena telinga memiliki puluhan ribu sel yang siap merespon suara setiap saat.  Menurut DR. Ahmad Husain Ali Salim bahwa telinga merupakan indera pendengaran yang memiliki 30.000 sel pendengaran untuk mentransfer seluruh macam suara dengan beragam getarannya dan kedahsyatannya dengan sinsitifitas yang tinggi. Sel-sel pendengaran akan mentransfer getaran suara ke sel-sel otak untuk direspon sesuai dengan getaran-getaran tersebut, dan mengubah getarannya sendiri sehingga menimbulkan keseimbangan. Itulah mengapa suara itu dianggap sebagai energi obat yang efektif dalam proses penyembuhan penyakit.

Bagaimana Tilawah Al-Qur’an mereprogram Sel-sel Otak?
Bagi ilmuwan muslim, terapi suara terbaik adalah melalui ritme Al-Qur'an. Ritme tersebut akan masuk ke otak melalui telinga, kemudian direspon secara positif oleh sel-sel otak dan membuatnya bergetar dengan frekuensi tertentu. Ritme Al-Qur’an akan terus memberikan rangsangan ke syaraf otak untuk terus aktif secara optimal dan menghambat kematian sel-sel otak sehingga manusia terhindar dari kepikunan. Respon sel-sel otak akan mengubah ritme Al-Qur’an menjadi gelombang otak yang berfungsi mereprogram sel otak yang mati dan  membantu proses mengaktifkan sel-sel otak yang bertanggung jawab mengendalikan tubuh,meningkatkan energi di dalamnya,dan membuatnya bergetar dengan cara alami.

Telah terbukti secara ilmiah bahwa membaca Al-Qur’an secara tartil (perlahan-lahan), mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an,dan merenunginya dapat memperkuat daya otak. Frekuensi aliran listrik dari suara bacaan Al-Qur’an secara tartil termasuk nutrisi aktif otak.Selain itu, terbukti pula bahwa mendengarkan lantunan ayat Al-Qur’an membuat otak mengeluarkan rentetan kekuatan dan frekuensi yang dikenal secara ilmiah dengan sebutan gelombang otak. Frekuensi ini terus berubah sesuai ayat-ayat dan surah yang dibaca. Jika andaingin menambah kekuatan otak dengan gelombang suara yang bergizi maka perbanyaklah membaca dan mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an.Dengarkanlah ritme Al-Qur’an, renungilah ayat-ayatnya dengan baik, dan rasakanlah dengan baik bagaimana kekuatan otak andabertambah. Inilah rahasia membaca Al-Qur’an secara tartil dengan mempertahankan ritme bacaan, membaca huruf sesuai makhrajnya, dan memperhatikan hukum tajwid. Sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Muzzammil ayat 4: “dan Bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan”

Kalimat “kecuali orang-orang yang senantiasa membaca Al-Qur’an” maksudnya kecuali orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta membaca Al-Qur’an setiap hari secara istiqamah niscaya mereka akan mendapatkan ganjaran yang tidak akan terputus. Kalimat ini menguatkan aspek mukjizat Al Qur’an berupa kesehatan fisik dan dijauhkan dari usia yang buruk yaitu kepikunan.

Semoga kita semua diberikan kekuatan istiqamah dalam membaca Al-Qur’an dan diberikan kemuliaan serta keberkahan Al Qur’an di dunia dan akhirat. Aamiin

H. Subhan Nur, Lc, M.Ag
(Kepala Seksi Pengembangan Metode dan Materi Dakwah Dit. Penerangan Agama Islam)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama