MENYIAPKAN GENERASI
"WES TAU JERU"
Oleh : M. Rosidin
Sudah berjalan
beberapa hari tahun 2021, apa yang terjadi dihari esok kita tidak pernah tahu.
Yang jelas kita sudah akrab dengan berbagai persoalan tahun lalu. Tidak ada
kata " mengeluh" karena kita adalah generasi "wes tau jeru".
Adalah sebuah
ungkapan yang mendalam dan mendasar menyangkut banyak aspek; aspek politik,
sosial, ekonomi juga aspek pendidikan. Pada masa pandemi seperti ini pekerjaan
bisa dilakukan dari rumah WFH (work from home), anak anak sekolahnya secara
daring. Ada tantangan menarik dalam proses mendidik anak. Dalam buku Strawberry
Generation mengurai tantangan generasi millenial demi menemukan solusi terbaik.
Generasi sekarang tak sekadar memerlukan kecerdasan kognitif dalam menghadapi
persoalan hidup. Mereka hanya memerlukan pembelajaran berbasis realita. Anak
muda yang mengandalkan orang tua cermin generasi, meski pintar, gagap
menghadapi realitas.
Cerdas secara akademik, tapi lemah mentalitas dan kesiapan hidup. Pendidikan, selama ini lebih membebani anak-anak dengan berbagai pelajaran, tapi lupa memunculkan skill. Pendidikan sebenarnya bukan sekadar memindahkan isi buku. Menurut UNESCO, bangsa yang maju dan perekonomiannya berdaya saing, menanamkan life skills sedari dini.
Selain
persoalan skill yang belum optimal, pendidikan juga menghadapi diskriminasi dan
condong menjadikan sekolah sebagai komoditas. Perang harga di mana-mana,
terutama untuk memperebutkan murid. Sekolah-sekolah tak boleh sekadar memompa
potensi anak dalam bidang akademik. Sekolah harus memupuk dan mengembangkan keterampilan
siswa. Murid perlu dilatih menggerakkan tangan, tubuh, dan pikiran maksimal.
Maka, kelak mereka dapat menyelesaikan persoalan-persoalan dengan kecerdasan
intuitif mereka berdasar pengalaman.
Melatih nalar dan pikiran. Jangan seperti
“Anak-anak yang pintar di sekolah belum tentu pintar di masyarakat. Kegagalan
terbesar justru terjadi pada anak-anak yang dibesarkan dalam persekolahan
menghafal. Padahal, memorizing is not a good thinking. Menghafal bukanlah cara
berpikir yang baik
PERAN TEKNOLOGI
Sekarang,
anak-anak lebih banyak memecahkan problem dengan bantuan teknologi. Keadaan ini
mestinya membuat mereka lebih mandiri dan siap menghadapi tantangan. Sayang,
yang terjadi justru sebaliknya. Orang tua terasa masih ingin membuat kandang
bagi seekor elang. Artinya, orang tua justru memberi ruang kepada anak untuk
terus tergantung padanya, sehingga mereka tak segera mandiri.
Akibatnya, anak
tak biasa menghadapi kesulitan-kesulitan baru dalam hidup ketika tak ada di
dekat. Orang tua perlu mengajari anak terbang bak seekor elang mengajari anak
terbang. Mereka perlu diberi ruang belajar lebih banyak, sedangkan tugas orang
tua sekadar mendampingi dan mengarahkan. Generasi "wes tau jeru"
memotret dan menggambarkan persoalan generasi saat ini. Seluruh generasi
"wes tahu jeru" diharapkan tampil sebagai generasi yang tangguh
menghadapi tantangan di masa depan. Kaum muda dapat menempa diri dengan belajar
dari hambatan dan kegagalan yang dilalui.
Tantangan tidak akan berhenti.
Tantangan akan berakselerasi, tidak belajar
dari kesuksesan, melainkan dari kegagalan dan kesulitan. Kegagalan, konflik dan
tantangan lain hingga seolah tidak ada lagi harapan. Justru pada momen itulah
karakter harus bersinar. Kalau
bisa survive, pasti kurva pertumbuhan sebagai pemimpin lebih cepat.
Generasi "wes tau jeru"
adalah proses pengejawantahan pembelajaran secara nalar dan komprehensif.
"Selalu menyempatkan diri
untuk belajar meskipun 1 jam perhari, atau 5 menit, bahkan kalau terlalu sibuk
cukup 19 detik pun bisa mengubah dunia" tutur Dr. Ainur Rofiq dosen Pasca
Sarjana Uinsa Surabaya.
*Penulis adalah Kepala
KUA Kecamatan Kalipuro