Banyuwangi (KUA Cluring), Jumat, 20 Juni 2025 – Suasana pagi di aula PLKB Kecamatan Cluring terasa berbeda. Sebanyak 11 pasang calon pengantin (catin) hadir dengan wajah antusias dan penasaran, mengikuti kegiatan Bimbingan Perkawinan (Bimwin) hasil kolaborasi KUA Cluring, PKM Benculuk, dan BKKBN Kecamatan Cluring. Kegiatan dimulai sejak pukul 08.00 WIB dan berlangsung penuh semangat hingga siang hari.
Sesi pertama dibuka oleh dr. Silvi dari PKM Benculuk yang mengangkat tema pentingnya kesehatan reproduksi dalam kehidupan rumah tangga. Ia menegaskan bahwa menjaga kesehatan reproduksi adalah bentuk tanggung jawab terhadap pasangan dan calon anak. Dilanjut oleh Farida, Koordinator Pelayanan Catin dari PKM, yang mengingatkan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum menikah, seperti tes HIV dan sipilis. “Bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk melindungi,” ujarnya tegas namun penuh empati.
Materi kedua disampaikan oleh Syaiful Bahri, Koordinator BKKBN Kecamatan Cluring, yang membahas fenomena fatherless—ketiadaan peran ayah secara emosional maupun fisik dalam kehidupan anak. Ia menjelaskan bahwa anak tanpa figur ayah cenderung memiliki kesulitan dalam kontrol emosi, percaya diri rendah, dan berisiko mengalami masalah sosial di kemudian hari. “Peran ayah bukan sekadar mencari nafkah, tapi hadir secara utuh dalam kehidupan anak,” tambahnya.
Memasuki sesi keagamaan, Haris Shofiudin dari KUA Cluring mengajak catin untuk meluruskan niat menikah. Ia menekankan bahwa menikah bukan hanya untuk status sosial, tapi untuk membentuk keluarga yang sakinah (tentram), mawaddah (cinta kasih), dan rahmah (kasih sayang). Ia juga mengurai secara ringkas 5 pilar keluarga sakinah, yaitu zawaj (berpasangan), mîtsâqan ghalîzhan (janji kokoh), mu’asyarah bil ma’ruf (saling berbuat baik), musyawarah (komunikasi), dan tarâdhin (saling ridha).
Sesi interaktif ditutup oleh Lailia Mufida, yang memandu diskusi ringan namun berbobot tentang komunikasi dalam rumah tangga. Pertanyaan seperti "Bolehkah istri tetap bekerja setelah menikah?" hingga "Apa yang harus dilakukan saat pasangan sedang marah?" dijawab bersama dengan contoh-contoh realistis. Ia juga mengingatkan pentingnya shalat lima waktu sebagai fondasi spiritual dalam mengarungi kehidupan pernikahan. “Kalau hubungan sama Allah baik, insyaAllah hubungan dengan pasangan juga akan terjaga,” katanya mengakhiri.
Peserta terlihat nyaman, aktif bertanya, dan saling berbagi cerita. Sebagian tampak mengangguk-angguk saat mendengar hal-hal baru yang mungkin belum pernah mereka pikirkan sebelumnya. Ada pula yang mencatat poin penting sambil saling melirik pasangan masing-masing.
Bagi para catin, kegiatan ini bukan hanya sekadar formalitas administratif, tapi bekal nyata untuk membangun rumah tangga yang sehat, utuh, dan berkualitas. Mereka berharap kegiatan seperti ini terus dilakukan secara berkelanjutan, karena sangat membantu membuka wawasan dan menyadarkan arti pentingnya mempersiapkan diri sebelum memasuki kehidupan pernikahan. (Hr.S)